Ditulis oleh : Ibnata Ibn Abdillah
Hari ini beda dengan rutinitasku biasanya. Kini aku sedang berada di depan cermin, mengencangkan dasi, merapikan jas, menyisir rambut, menyemprotkan parfum, serta tak lupa memasang jam tangan di pergelangan tangan kiriku. Setelah sarapan dan benar-benar merasa siap, aku pamit dengan orang rumah, hendak berangkat.
“Hati-hati, uda,” aku tersenyum tipis mendengar ucapan sang penyempurna separuh agamaku.
Sebenarnya, hari ini tidak jauh beda dengan hari-hariku sebelumnya. Hari lalu pun aku juga sibuk, rapat, diundang menjadi pembicara di depan orang banyak, hari ini pun, sama demikiannya.