oleh: Rossita Eka Putri (Matematika ’23)
Aktivitas yang padat, daftar tugas yang terus bertambah, dan segala macam tuntutan dari diri sendiri ataupun orang lain tidak bisa terlepas dari kehidupan seorang pekerja keras. Ditambah, masalah-masalah mulai dari yang sepele sampai rumit terus bermunculan hingga kita bingung harus menyelesaikan yang mana dulu. Saat istirahat pun menjadi tidak tenang karena sesuatu yang belum terselesaikan selalui menghantui pikiran. Bahkan bisa disebut kita tidak punya waktu istirahat sama sekali. Akibatnya, lama-kelamaan kita akan kelelahan dan pemulihannya butuh waktu lama. Kita menajdi tidak berminat melakukan kegiatan apapun. Alhasil, waktu seharian hanya dihabiskan hanya untuk rebahan. Makan dan mandi untuk kepentingan diri sendiri saja rasanya malas sekali. Bagi mahasiswa mungkin menjadi enggan mengikuti kuliah atau tidak bisa fokus selama pembelajaran. Tubuh terasa lelah seperti habis marathon padahal hanya duduk seharian meladeni tumpukan tugas. Suasana hati juga tidak sedang baik-baik saja. Perasaan menjadi lebih sensitif dan terkadang muncul pikiran-pikiran negatif. Apakah berarti kita lemah dan pemalas? Tidak selalu begitu. Lelah tidak harus disebabkan oleh aktivitas fisik. Aktivitas yang melibatkan mental dan pikiran juga bisa membuat tubuh, mental, dan pikiran lelah. Jika, mengalami kondisi seperti ilustrasi sebelumnya bisa jadi kita sedang dalam kondisi burnout.
Apa itu burnout? Apakah burnout berasal dari kata burnt yang artinya terbakar? Kalau otak kita terbakar karena banyak pikiran berarti burnout dong!? Bukan berarti begitu ya teman-teman.
Menurut kamus Psikologi American Psychological Association (APA), burnout didefinisikan sebagai kelelahan fisik, emosional atau mental, disertai dengan penurunan motivasi, penurunan kinerja dan sikap negatif pada diri sendiri dan orang lain. Burnout merupakan kondisi ketika fisik, mental, dan pikiran lelah yang menyebabkan hilangnya motivasi diri, penurunan kinerja, serta munculnya pikiran dan perasaan negatif akibat padatnya interakasi sosial, pekerjaan yang menumpuk, dan sering merasa kecewa. Dalam bidang akademis ada istilah academic burnout. Academic burnout merujuk pada stress dan faktor psikis lainnya yang timbul saat mahasiswa mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat menimbulkan kelelahan baik secara emosional, perasaan depersonalisasi, dan penurunan konsentrasi. Academic burnout dapat menyebabkan mahasiswa merasa jenuh ketika mengikuti proses pembelajaran.
Bisa jadi, mahasiswa yang malas kuliah atau ingin rebahan seharian sedang berada dalam kondisi kelelahan mental. Karena, saat ini banyak organisasi atau kegiatan di luar kuliah yang menarik untuk diikuti. Sehingga, menambah panjang daftar kegiatan mahasiswa selain kuliah. Namun, tidak semua rasa malas melakukan aktivitas berarti karena burnout. Kemungkinan, memang pada dasarnya kita sedang malas saja. Jadi, burnout jangan dijadikan alasan untuk malas berangkat kuliah ya….
Terus, gimana cara membedakan malas dan burnout? Malas biasanya terjadi karena kita tidak memiliki minat atau kehilangan motivasi terhadap suatu aktivitas atau pekerjaan. Jika hanya karena malas, kita masih mampu menjalankan aktivitas yang tidak disukai dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan, burnout menyebabkan kesuliatan fokus atau tidak bisa berpikir jernih saat beraktivitas.
Agar terhindar dari burnout, penting untuk kita menyadari bahwa istirahat itu penting meskipun hanya sebentar. Sesekali luangkan waktu untuk istirahat meskipun cuma sebentar dan jika memang merasa lelah, segera istirahat. Jika memang merasa tidak mampu untuk mengikuti banyak kegiatan, lebih baik memilah kegiatan yang perlu untuk diikuti. Karena menjaga kesehatan fisik dan mental adalah bagian dari mencintai diri sendiri.
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku,” (QS. Al-Baqarah ayat 152).
Selain itu, bisa juga dengan membuat To do list. Selain, untuk menghindari lupa juga untuk membuat tugas atau kegiatan menjadi lebih terorganisir. Jangan lupa, selipkan istirahat di to do list. Berikut beberapa solusi lainnya untuk mencegah atau mengatasi burnout:
1. Olahraga.
Selain sebagai hobi bagi sebagian orang, olahraga juga dapat membantu mengurangi stress. Olahraga ringan yang dapat menjaga kesehatan mental antara lain senam, yoga, jogging, dan jalan kaki.
2. Selalu mengingat Allah SWT. “Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Allah akan mengenalimu ketika susah.” (HR Hakim Syaikh Al-Albani)
3. Selalu istiqomah dalam ibadah
4. Mengalahkan hawa nafsu
“Setiap amal itu pasti ada masa semangatnya. Dan setiap masa semangat itu pasti ada masa futur nya. barang siapa dalam kemalasannya masih dalam sunnah Nabi maka dia berada dalam petunjuk.” (HR Thabrani).
5. Selalu ingat kehidupan akhirat
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl ayat 97).
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,” QS. Al-Baqarah Ayat 155.
Sumber:
Aini, A. N., Lestari, S. P., & Apriliyanti, R. (2024). Hubungan Beban Tugas, Kontrol Diri Dan Komunitas Terhadap Burnout Academic Pada Mahasiswa Selama Pembelajaran Daring
https://blog.wecare.id/perbedaan-malas-dengan-burnout/