Ditulis Oleh: M Bimo Satrio W
Terkadang kita sering bertanya, “apa sih tujuan hidup?”. Dan banyak sekali pertanyaan sederhana yang hanya terdiri dari empat kata ini sulit dijawab untuk memuaskan yang bertanya. Karena tidak ada keselarasan jawaban dan tentunya dikarenakan semua manusia memiliki pandangan yang berbeda. Tetapi untuk menjawab pertanyaan itu dibutuhkan dasar ataupun acuan, yang dalam artian mendasari bahwa hal ini mampu menjawab segala problematika hidup.
Contohnya ketika kita ingin bahagia, maka kita akan mencari ribuan cara untuk mencapai kebahagiaan itu. Mengapa? Karena kita akan selalu siap ketika gagal, seenggaknya menumbuhkan jiwa bahwa kita mampu mencapai tujuan tersebut dengan cara lain, atau bahasa kerennya “Plan B”.
Terkadang manusia zaman sekarang kebanyakan overthinking apabila tujuannya tidak tercapai. Bukan karena dia lemah, tetapi karena tidak punya landasan saja sehingga gampang goyah sebab tidak punya cara lain. Sebagai contoh, anda hanya menginginkan mobil saja, lantas bagaimana jika itu tidak terjadi? tidak punya kah keinginan lain sehingga hanya bergantung dengan keinginan mempunyai mobil saja? Artinya anda pun menyia-nyiakan peluang yang sudah ada jelas di depan hanya gara gara terbawa halu oleh keinginan yang bisa saja mustahil itu, padahal alternatif lainnya adalah mempunyai motor yang fungsinya sama sebagai kendaraan.
Bagi saya sendiri, saya mengutip dari Surah Al-Baqarah ayat 30 yang menjelaskan bahwa manusia datang ke dunia untuk menjadi seorang pemimpin. Lantas saya pun harus mencari banyak cara memenuhi hal tersebut. Gagal pun tidak apa, yang penting banyak nilai-nilai yang telah diraih. Berhasil pun menjadi motivasi untuk sekitar, apa yang kawan saya bisa pelajari.
Kalau saja seluruh manusia memegang landasan untuk mengisi kehidupan, tidak perlu tuh sok sokan bikin status lagi galau ataupun kena penyakit mental. Seberat beratnya masalah ujung ujungnya selalu dikhatamkan oleh psikolog ataupun yang menasehati dengan kalimat: “Kembali di diri kamu sendiri”. Jangan terlalu banyak berharap saja dengan sesama makhluk, mending ingat saja dengan pencipta makhluk yang memberi kamu masalah. Dalam sejarah pun Tuhan membiarkan iblis merajalela menggoda manusia sesuka hatinya. Padahal kalau sayang mah bakal mencegah. Kenapa begitu? Manusia itu sudah diamanahkan oleh Allah untuk menjaga dirinya, lantas apabila kamu lesu dan tergoyahkan apakah kamu tidak lupa amanah dari sang pencipta? God trust you that you can be strong.
Tulisan ini semata mata hanyalah pandangan saya sendiri, masih harus perbanyak berkelana. Yang habis ditimpa realita bahwa kebenaran itu relatif, padahal dulu menganut bahwa kebenaran itu absolut. Begitulah hidup menuntut kita membuka realita sehingga untuk ke depan menjadi bekal untuk memimpin bawahan mengenai perang duniawi ini. Overthinking sudah kuno sobat, jadi perkuat lah dirimu.
Wallahu A’lam Bishawab