oleh: Regita Sayekti Putri (Kimia ’24)
Akhir-akhir ini, aku merasa bahwa Palestina dan Al-Aqsa adalah simbol dari perjuangan yang tak pernah ada ujungnya. Setiap kali mendengar berita tentang Palestina dan Al-Aqsa, ada rasa yang berbaur antara sedih, marah, dan harapan. Palestina tidak hanya sebuah wilayah konflik; ia adalah simbol keteguhan, tempat di mana keadilan dan hak asasi dipertaruhkan. Penyerangan demi penyerangan, pembatasan, dan kebijakan yang menekan rakyat Palestina semakin menjadi-jadi. Perasaan Marah? Tentu, aku sangat marah. Tapi ada satu hal yang selalu mengusik pikiranku “Apa yang bisa aku lakukan?”
Masjid Al-Aqsa bukan hanya sekadar masjid bagi umat Islam, ia adalah kiblat pertama yang mengarah pada keimanan dan kesatuan umat. Ketika kita merenungkan kembali, kita akan sadar bahwa tanah Palestina, dengan Al-Aqsa di dalamnya, adalah jantung dunia. Seperti halnya jantung yang memberi hidup pada tubuh, begitu pula Palestina memberikan kehidupan bagi banyak aspek spiritual dan sosial umat Islam.
Sederhananya, kita seringkali terjebak dalam rutinitas, tidak peduli pada apa yang terjadi di Palestina karena kita merasa jauh atau merasa tidak berdaya. Namun, sebenarnya apa yang terjadi di Palestina adalah cerminan dari apa yang kita hadapi di dunia ini. Ketidakadilan yang terjadi di sana, adalah ketidakadilan yang terjadi pada umat manusia di seluruh dunia. Bayangkan, Masjid Al-Aqsa—tempat di mana Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat dalam peristiwa Isra Mi’raj—kini menjadi pusat dari pertikaian yang tak kunjung usai.
Apa yang terjadi di Palestina adalah potret ketidakadilan yang dirasakan oleh banyak masyarakat di seluruh dunia. Bayangkan peran kita sebagai umat Islam di seluruh dunia yang bisa ikut serta mendukung perjuangan ini melalui langkah-langkah sederhana namun bermakna. Dukungan kita sebagai umat Islam terhadap Palestina adalah langkah kecil yang penuh arti. Dukungan kita sebagai umat Islam, bisa dimulai dengan langkah-langkah kecil misalnya, berdoa, menyebarkan informasi tentang palestina dengan tujuan agar semua orang terbuka hatinya untuk memberi dukungan pada palestina, memboikot produk-produk yang mendukung zionis, atau mendukung organisasi kemanusiaan yang bekerja untuk membantu rakyat Palestina. Semua hal kecil yang kita lakukan merupakan upaya untuk menyuarakan dukungan kita kepada rakyat Palestina.
Namun, perjuangan ini bukan hanya soal boikot atau donasi semata. Perjuangan Palestina membutuhkan kita untuk “merdekakan pikiran” terlebih dahulu. Jangan sampai pemikiran seperti “Palestina terlalu jauh, kita urus negara kita dulu” membatasi aksi dan kepedulian kita. Kita harus sadar bahwa perasaan persatuan umat Islam adalah kunci. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa umat Islam bagaikan satu tubuh: jika satu bagian terluka, seluruh tubuh merasakannya. Maka, bagaimana kita bisa berbicara tentang perdamaian jika umat Islam sendiri terpecah? Dukungan yang dapat kita berikan tidak hanya sekadar membantu secara fisik, tetapi dukungan terhadap Palestina bisa dimulai dari kesadaran dalam diri kita. Persatuan manusia di seluruh dunia dalam perbedaan, adalah kekuatan besar yang bisa mempengaruhi dunia.
Perjuangan Palestina yang tak kunjung usai juga telah dibantu dengan dilakukannya berbagai upaya diplomatik, namun hasilnya tetap nihil. Negara-negara besar tampaknya lebih mengutamakan kepentingan mereka daripada keadilan. Apakah kita hanya bisa diam? Tentu tidak. Bersama-sama, kita berharap dan mendoakan yang terbaik agar suatu hari nanti Palestina dan Al-Aqsa bebas dari ketidakadilan, menjadi tempat damai bagi mereka yang mencarinya.
Persatuan dan solidaritas merupakan kunci untuk mewujudkan kebebasan untuk Palestina dan kebebasan untuk umat Islam di seluruh dunia. Setiap langkah kecil yang kita ambil untuk Palestina, baik melalui doa maupun tindakan nyata, adalah wujud nyata dari kepedulian kita terhadap perjuangan besar ini. Mari kita terus bergerak bersama dengan harapan dan keyakinan bahwa suatu hari nanti, Palestina dan Al-Aqsa akan bebas dari segala bentuk penindasan, dan dapat menjadi tempat yang damai bagi seluruh umat manusia.
Sumber :