Oleh : @mrizaldic
Tak kira sudah berapa lama waktu menanti sebuah kehadiran baru, yang menghapus jejak generasi lama dan menciptakan generasi baru. Terdengar oleh seruan angin bahwa jejak baru telah lahir.
Menunggu dan terus menunggu itulah orang tua. Didewasakan oleh waktu begitu pula dimanja oleh keinginan. Tak tersirat dalam pesan, namun tetap utama dalam pandangan seseorang. Merajut waktu hingga membentang samudra yang amat luas.
Batu krikil yang dilempar menandakan waktu sudah mulai terajut, hingga buku mulai terbuka dalam bentuk lembaran baru yang dipegang oleh tangan si kecil. Dalam sungai waktu, terus berlalu Lalang tangan si kecil yang memegang tangan si dewasa dengan memeluk tanpa ragu dan mencium tanpa malu.
Saat melintasi pasar terdengar suara si kecil yang meminta ini dan itu sebagai imbalan menemani. Toh hidup perlu dinikmati bukan dirasa hingga menuju Sang Kuasa. “Ibu, aku mau sepeda itu….aku mau mobil mobilan itu…. Ayah ayo jalan jalan ke sana….“ Tak kuasa menahan rasa bahagia, hanya sekedar mendengar, maka mereka kabulkan.
Kini si kecil yang hanya tau meminta sudah mulai memahami cinta. Benih dalam hati tertanam dan tumbuh walau hanya sebentar. Si kecil kini sudah beranjak remaja yang malu untuk mencium dan ragu untuk memeluk orang tuanya. Yang tadi hanya membaca secara terbata kini sudah lancar dalam membaca kehidupan orang lain.
Waktu mulai terajut Kembali, berjalan diatas waktu tanpa sadar sudah berada dihujung masa remaja, yang hanya memahami cinta mulai mengerti makna dari kehidupan. Tangan si kecil sudah bisa menuntun si dewasa kemanapun mereka pergi. Rasa malu berubah menjadi rasa ragu karena takut kehilangan dia yang sudah sabar menghadapinya saat kecil.
Si kecil sudah menjadi dewasa, memahami kehidupan dan mendapatkan cinta yang diinginkan. Perubahan sikapnya yang sudah tutur terhadap lingkungan. Yang tadi hanya bisa meminta kini sudah bisa memberi. Si kecil tetaplah kecil di mata si dewasa, toh apapun itu si kecil tetap anak mereka.
Saat kehilangan waktu begitupun kehilangan si dewasa, kini si kecil sudah menyandang status dewasa. Menangis dengan keras hingga terdengar sampai hati setiap temannya. Memang kehilangan bukan suatu hal yang mudah, namun dengan kehilangan si dewasa kini sudah bisa paham arti mengikhlaskan. Sungai waktu mulai berjalan cepat, saat si dewasa kehilangan orang tuanya justru kini si dewasa diberikan si kecil sebagai generasi penerusnya.
Si dewasa mulai memiliki si kecil yang selalu mengikutinya kemanapun dia pergi, tak terasa sudah berapa lama si dewasa memegang tangan keluarga. Yang dulu tangannya digenggam saat ini justru tangannya yang menggenggam. Yang dulu hanya bisa membutuhkan sekarang sudah menjadi yang paling dibutuhkan.
Tak terasa sungguh singkat waktu yang dilewati, tergantung masa dan zaman hal inilah yang membuat si kecil berubah ubah ntah menjadi dewasa atau justru hanya menjadi kawasan kanak-kanak. Tergantung pilihan, apakah ia memilih tidak atau justru iya? Apakah ia memilih untuk maju atau justru mundur. Inilah gambaran dari takdir setiap orang, untaian benang waktu selalu ada diawal kehidupan dan di penghujung masa.
Keseluruhan cerita ini menggambarkan bagaimana waktu membentuk dan mengubah individu, dan bagaimana setiap fase kehidupan merupakan bagian dari untaian takdir yang tidak terelakkan, di mana setiap pilihan dan perubahan merupakan bagian alaminya.